Welcome to My Island

Welcome to My Bibliotheca

Selasa, 09 Agustus 2016

YOU WON'T BE ALONE [ONESHOOT]

Happy Reading, enjoy it.
⏮⏪▶️⏸⏯⏹⏩⏭





"Unable to find what people call a heart's loneliness. Unable to find what people understand as the torment of being afraid of the dark."

    Seorang gadis membasahi seluruh tubuhnya dengan air yang turun dari langit.
     Ia menutup matanya dan menatap kearah langit.
    Berputar-putar menikmati ribuan tetesan air yang turun mengabaikan tatapan orang sekitarnya.
     Ia tersenyum. Baginya hujan selalu bisa menghibur rasa kesepiannya. 

   "Ya. Apa yang kau lakukan, Rachel?" Seseorang datang menghampirinya dengan membawa payung.
  "Kau bisa sakit kalau terus bermain hujan bodoh."
  "Tenanglah eonnie. Aku tidak apa-apa" gadis itu tersenyum pada Yuri.
  "Ayo kita pulang" Rachel mengangguk. 

*

  "Eonnie, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Rachel mengamati Yuri memasak makan malam untuk mereka.
  "Oh?"
  "Berapa lama kau sudah pacaran dengan Rain oppa?"
  "Tiga tahun. Kenapa?" Yuri membalikkan badannya menatap Rachel bingung.
  "Apa kau tidak merasa bosan dengannya?"
  "Tentu saja tidak. Kau ini kenapa? Kenapa bertanya seperti itu?" Yuri membesarkan matanya kaget mendengar pertanyaan Rachel.
  "Tidak ada. Hanya aku ingin tahu sesuatu." Yuri menatap Rachel dengan intens, menunggu dia melanjutkan kata-katanya.
  "Katakan" ucap Yuri.
  "Aku ingin tahu mengapa kau tidak merasa bosan dengannya?"
  "Aigo, jawabannya adalah cinta. Aku mencintainya dan dia mencintaiku. Kau mengerti?"
  Rachel menggeleng pelan. "Seperti apa itu cinta?" tanyanya kembali.
  "Hmm... Ini sulit sekali dijelaskan. Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Omo.. Jangan-jangan..."
  "Tidak eonnie. Aku hanya ingin bertanya saja."
  "Aish, baiklah aku jelaskan. Cinta itu ibarat bunga mawar. Semua orang jelas tahu bunga mawar sangat cantik kan?"
  Rachel mengangguk.
  "Karena kecantikannya membuat semua orang ingin memilikinya. Tapi begitu orang memegangnya tanpa perasaan, orang tersebut akan tertusuk duri mawar itu."
  "Maksudmu?"
  "Mawar cantik, tapi ia menyakiti orang lain yang tidak tahu cara memegangnya. Tapi kalau kau mengenalnya, kau bisa memegangnya dengan baik tanpa terluka."
  "Begitu juga dengan cinta. Cinta itu menyenangkan sekaligus menyakitkan."
  "Bisakah aku merasakan itu?" gumam Rachel.
  "Tentu saja bisa. Ya, kau tidak pernah sendiri, suatu hari akan ada yang mengatakan padamu bahwa ia mencintaimu." 

  *

"Unable to fine the one who's destined to be with me.
Many are like me, living life alone."
   
Beritahu aku kalau kau sudah selesai, aku akan menjemputmu.
  Rachel membaca pesan Yuri dan memutuskan membalasnya. Aku sudah didalam bus.
  Menutup ponselnya dan kembali menatap ke jendela luar. Tidak ada yang menarik dari pemandangan malam, hanya gelap.
  Bus berhenti sesaat dan masuk beberapa penumpang. Salah seorang penumpang duduk disebelahnya membuat Rachel menoleh.
   "Kau lagi?" Ucap pria disebelah Rachel.
   Rachel tersenyum.
  "Kau selalu naik bus ini?" Tanyanya dan dijawab dengan anggukan.
  Pria itu tertawa. "Halo, namaku Nichkhun." Nichkhun menundukkan kepalanya sesaat.
  Rachel melakukan hal yang sama. "Halo, Rachel"
  Rachel melirik pria itu sekilas. "Uhm... Kau membawanya setiap hari?"
  "Apa? Oh... Ya. Karena aku memerlukannya" jawab Nichkhun sambil mengelus gitarnya.
  "Kau bernyanyi?"
  "Begitulah. Aku bergabung dengan band kecil di kampusku."
  Rachel mengangguk. "Aku turun lebih dulu. Sampai jumpa" Rachel berdiri dan membungkukkan badannya. 

*

   "Aku hanya sebentar okay. Jangan kemana-kemana ..." Rachel tertawa mendengar kata-kata Yuri.
"Tidak apa-apa eonnie. Aku bukan anak kecil. Hush... Pergilah berkencan" Rachel mendorong Yuri keluar dari rumah.
"Baiklah. Aku pergi dulu."
Rachel melambai pada Yuri hingga ia menutup pintunya. Setelah dipastikan Yuri pergi dan tidak kembali lagi, ia mengambil jaket dan syal lalu pergi keluar.
Taksi berhenti tepat di hadapannya saat ia melambaikan tangan.
"Antar aku ke Rumah Sakit Seoul National University."
Sampai di rumah sakit, ia berjalan ke halte terdekat dan menunggu bus selanjutnya datang.
Angin bertiup menerpa wajahnya ketika ia mengikat rambutnya menjadi satu.
Bus datang 30 menit kemudian, ia masuk dan duduk di tempat ia bisa melihat suasana malam. Tapi hari ini berbeda.
Ia ingin sekali bisa bertemu dengan pria itu. Pria yang baru sejak seminggu lalu bertukar nama dengannya. Hampir setiap hari mereka bertemu dalam bus.
Setiap pemberhentian bus, ia melihat seluruh penumpang yang naik. Sampai akhirnya bus itu berhenti di tempat tujuannya, pria itu tidak ada.
Rachel turun dengan sedikit kecewa dan berjalan pulang. 

*

"Love is just a few simple strokes, But more complicated than believed.
Hate keeps love from changing, I've loved a few people"

     "Kalau kau sering kemari, kau pasti bisa melaluinya." Kata-kata orang itu terngiang di kepala Rachel.
    Ia menatap keluar jendela bus dengan datar. Bukankah memang selalu seperti ini?
     Seseorang duduk disamping Rachel membuat Rachel sadar dari lamunannya. Ia baru saja ingin tersenyum tapi dibatalkannya.
     Begitu bus sampai di pemberhentian selanjutnya, Rachel melihat Nichkhun naik.
     Nichkhun berjalan kearah Rachel dan melihat di sebelahnya sudah ada orang. Ia menatap Rachel dan menunjuk wanita itu dengan raut wajah bertanya. Rachel menjawab dengan gelengan kepala.
    Nichkhun menghampiri wanita tersebut.
     "Permisi nona, bolehkan saya duduk disini, wanita di sebelah anda adalah teman saya" ucap Nichkhun sambil memberikan senyumnya.
    Wanita itu menatap Rachel lalu menjawab, "ya silahkan"
    "Terima kasih" Nichkhun membungkukkan badannya untuk berterima kasih.
     "Apa kabar?" tanya Nichkhun setelah ia duduk.
    "Baik" Rachel memberikan senyum kecilnya.
    "Kau terlihat pucat. Kau baik-baik saja?" Tangan Rachel langsung menyentuh wajahnya begitu mendengar kata-kata Nichkhun.
    "Benarkah? Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya kedinginan"
Nichkhun mengangguk. "Aku sibuk mempersiapkan pentas kampusku."
    "Ya?"
     "Aku pulang larut kemarin karena latihan sampai malam" jelas Nickhun sambil mengangkat gitarnya.
    "Oh... Aku mengerti. Pantas kau tidak kelihatan kemarin."
    "Kau menungguku?"
    "Tidak... Aku tidak. Eum... Maksudku..."
Nichkhun tertawa, "aku mengerti."
    Rachel merasa seluruh darahnya mengumpul di wajahnya. Ia mengipasi wajahnya dengan tangan takut terlihat Nickhun bahwa wajahnya memerah.
    "Aku punya sesuatu untukmu." Nichkhun membuka tasnya dan mencari barang tersebut.
    Dua lembar kertas ia berikat pada Rachel. "Ini apa?"
    "Tiket masuk."
    "Musical?"
    Nichkhun mengangguk. "Acara pertunjukkan kampusku. Kau harus datang besok dan mengajak pacarmu."
    "Aku tidak punya pacar" jawab Rachel datar.
    "Temanmu kalau begitu." Nichkhun menyeringai lebar.
     Bus berhenti dan Rachel berdiri. "Aku akan pergi dengan kakakku. Sampai jumpa besok." 

*

"And have been also loved a few times,
But still unable to hold onto happiness."

    Yuri dan Rachel melihat setiap orang yang berlalu lalang di depan pagar Hanyang University.
     Setelah bertanya dengan orang-orang, Yuri dan Rachel sampai di belakang panggung.
     "Kau tunggu disini sebentar, jangan kemana-mana. Aku ingin ke toilet yang ada disana" Yuri menunjuk tempat yang di beri papan tulisan "Toilet".
   Rachel mengangguk dan kembali melihat sekitarnya. Ia berhenti melihat sekitar ketika apa yang dicarinya sudah ditemukan.
    Tak jauh dari tempatnya, Nickhun sedang dikelilingi oleh banyak gadis yang memberinya ucapan semangat.
    Awalnya Nickhun tidak melihat Rachel tapi begitu ia menyingkirkan beberapa gadis dari hadapannya, ia bisa melihat Gadis berpakaian dress putih selutut dengan rambut hitam panjang tergerai.
    Rachel menyadari bahwa Nickhun menatapnya lalu memberikan senyum yang dibalas senyum juga oleh Nichkhun.
    Nichkhun menghampiri Rachel dengan segera. "Sudah lama kau disini?"
Rachel menggeleng pelan. "Belum. Baru saja. Sepertinya kau terkenal di kampusmu."
"Bukan. Itu hanya jurnalis yang ingin memuat acara ini untuk majalah kampus bulan depan." Rachel terkekeh dengan kebohongan Nickhun.
"Mana kakakmu?" tanya Nichkhun.
"Sedang ke toilet."
    Yuri menghampiri Rachel tak lama kemudian. "Eonnie, ini Nichkhun, orang yang memberi kita tiket. Nichkhun, ini kakakku Yuri."
Mereka berdua sama-sama membungkukkan badan dan mengucapkan 'halo'.
    "Kemari, aku akan menunjukkan tempat yang bagus." Nichkhun mengajak Rachel dan Yuri ke tempat dimana panggung pertunjukkan sangat jelas untuk dilihat.
"Kau akan bisa jelas melihat penampilanku dari sini dan aku juga bisa melihatmu."
"Terima kasih"
"Aku harus kembali ke kelompokku. Sampai jumpa." Nichkhun melambaikan tangan dan dibalas oleh Yuri.
"Nickhun" panggil Rachel setelah ia berjalan beberapa langkah. Nichkhun berbalik.
"Fighting" Rachel mengucapkannya dengan malu-malu.
Nichkhun mengangguk tersenyum. "Tunggu aku begitu acara selesai." Lalu melesat pergi.
Rachel masih tidak bisa menghilangkan senyumnya dan Yuri melihatnya dengan geli. 

*

"Love, can't it be counted? Why do I still believe
It isn't a loner?"

Nichkhun menepati ucapannya untuk menemui Rachel setelah selesai penampilannya.
Nichkhun membawanya berkeliling kampus sedangkan Yuri ingin berjalan sendiri.
"Kau tampil dengan sangat baik" puji Rachel.
"Kau menyukainya? Apakah aku berhasil membuatmu terpukau?"
"Ya. Aku menyukainya. Penampilanmu adalah yang pertama bagiku."
"Kau tidak pernah mengikuti acara seperti ini?"
"Belum. Aku tidak mengikuti sekolah umum" ucap Rachel sedih.
"Kenapa?" Nichkhun menatap Rachel dengan saksama.
Rachel tidak langsung menjawab pertanyaannya.
"Aku ini sangat bodoh. Akan sangat malu kalau aku bersekolah seperti anak lainnya" Rachel tertawa.
Nichkhun tidak ikut tertawa melainkan masih menatap Rachel. Gadis itu menyadarinya dan menatap sekilas. "Aku mengerti" jawaban Nichkhun membuat Rachel mengembuskan napas lega.
"Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" Nichkhun mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Rachel.
Rachel menginput nomornya lalu mengembalikan pada pemiliknya.
"Aku harus pulang sekarang" Rachel melihat arlojinya dan bergegas mencari kakaknya.
"Eonnie, dimana kau?" Tanya Rachel melalui panggilannya.
"Dimana?" Nichkhun bertanya setelah Rachel mematikan ponselnya.
"Di depan katanya"
"Aku antar."

*

"I'm waiting for someone.
Waiting for my eternity, to tell me that love doesn't travel alone, not to be afraid."

"Rachel, hari ini kau melewatkan ..."
"Aku tahu. Besok aku akan kesana" Rachel sudah tahu kemana arah pembicaraan kakaknya.
"Aku mengampunimu kali ini, kau mengerti. Besok kau harus benar-benar kesana"
Rachel berlalu dari tempat itu sambil memihat pesan masuk dan tidak menjawab pernyataan kakaknya.
Apa kau sudah tidur?
-Khunnie-
"Khunnie?" Rachel tertawa geli dan membalas pesannya.
Simpan nomorku dan segera tidurlah.
-Khunnie-
"Kyaaa" Rachel berteriak kesenangan sambil melompat diatas tempat tidurnya setelah ia membalas pesan itu.
Ratri Sawad
-Khunnie-
Rachel menatap ponselnya bingung. 

*

"Can't use up all this flooding liberty.
Now afraid that loneliness is a curse."
 
   "Kau semakin kurus" Nichkhun memperhatikan Rachel dari atas hingga kebawah.
Sudah sebulan ini mereka sering bertemu. Setiap sabtu nichkhun akan mengajaknya keluar seperti sabtu ini.
"Benarkah? Aku memang tidak bisa gemuk."
Mereka sedang duduk di pinggir pantai. Rachel sangat menikmati aroma laut dan angin yang berhembus.
"Aku akan membelikan minum. Tunggu disini." Rachel mengangguk.
    Bangkit dari duduknya, Rachel berjalan mendekati ombak yang membasahi kakinya. Bermain air laut adalah keinginan Rachel.
    Saat melihat Nichkhun kembali dengan botol air minum ditangannya, ia tersenyum.
    Rachel melihat Nichkhun tersenyum dan berjalan semakin dekat. Tiba-tiba senyum diwajahnya menghilang karena pandangannya mulai memudar.
     Nichkhun ikut tersenyum menatap gadis yang di tatapnya. Baginya gadis itu cantik sekali. Saat berjalan mulai mendekat, senyum di wajah Nichkhun menghilang. Ia melihat darah menetes dari hidung Rachel dan tubuhnya akan jatuh.
    Nichkhun melempar ke sembarang arah botol airnya dan berlari ke tempat Rachel agar ia tidak jatuh ke dalam air. 

*

"Admiring me, someone that flies, that after night falls,
I'd rather return to the stocks and chains of love."

   "Apa kau tidak ingin memberitahunya?" Yuri menatap adik perempuannya yang sedang berdiri di menatap hujan melalui jendela ruang rawatnya dengan sedih.
   "Ia membawamu kemari dengan panik dan menghubungiku melalui ponselmu" jelas Yuri.
   "Kalau kau ingin bersamanya, seharusnya kau rajin datang kemari selama sebulan ini. Dokter Kim mengatakan kau hanya datang satu minggu sekali."
   "Apa kau ingin mengatakan ada peluang hidup untukku? Berapa persen? Bahkan ayah saja menyerah dan meninggalkan aku bersamamu bukan?" Rachel berbalik menatap kakaknya.
  Bulir-bulir airmata mengalir dikedua pasang mata kakak beradik ini.
  Yuri terdiam mendengarkan kata-kata Rachel. Memang benar, ayahnya yang pasrah hanya mengirimkan uang untuk biaya hidup dan pengobatan selama Rachel mampu.
  Mereka bukan keluarga miskin, tapi dokter sudah mengatakan tanpa donor sum-sum tulang belakang yang cocok, Rachel tidak akan sembuh.
  "Tidak bisakah aku bersikap egois sekali saja!?Aku ingin sekali merasakan apa yang kau rasakan eonnie!"
  Yuri memeluk adiknya.
  "Beritahu dia. Aku yakin dia pasti akan menerimanya" Yuri menangkup kedua pipi Rachel yang basah dan menatapnya.

*

   Sudah satu minggu ini Nichkhun duduk di bus sendirian. Ia tidak melihat Rachel.
  Ada apa? Apa sakitnya parah?
  Selama berpergian dengannya, ia tidak pernah menjemput atau mengantar pulang sampai depan rumah. Rachel mengatakan "Pertemanan kita dimulai dari sini, lebih baik kita jalankan juga dari sini. Aku tidak ingin merusaknya dengan oppa menjemputku."
  Kemarin Rachel mengirimnya pesan. 

Besok, kita akan bertemu seperti biasa di dalam bus. Bawa aku ketempat indah.
-R-

Begitu ia masuk kedalam bus, ia memihat Rachel duduk di tempat biasanya. Dengan cepat ia menghampiri kursi di sebelah Rachel sebelum pria lain mendudukinya.
  Seperti biasa Rachel selalu melihat keluar jalan. Ia semakin kurus dan pucat. Begitu ia melihat Nichkhun duduk disampingnya, ia tersenyum.
  "Annyeong Khunnie oppa"
  Nichkhun tidak membalas sapaannya. Ia memilih menatap Rachel dengan dalam.
  "Kemana kau sejak kemarin? Apa yang dokter katakan? Kau sakit apa?"
  Rachel tertawa, "satu-satu oppa."
  "Kemana saja kau?"
  "Istirahat dirumah."
  "Apa yang dokter katakan?"
  "Kelelahan." Rachel tersenyum pahit.
  "Kau yakin?"
  Rachel mengangguk. "Dokter mengatakan aku terlalu lelah dan akhirnya hidungku mengeluarkan darah."
  Nichkhun tidak mempunyai pilihan lain selain percaya sedangkan dalam hati Rachel, ia sudah ingin menangis.
   "Baiklah. Kemana kita?" Tanya Rachel bersemangat.
   Bus berhenti dan Nichkhun menarik Rachel turun. "Kita turun disini."

*

"I'm waiting for someone, waiting for my eternity.
To tell me love doesn't travel alone, believe in it"

    Rachel takjub akan apa yang dilihatnya. Nichkhun mengajaknya ke atas bukit tinggi. Dari sini ia bisa melihat seluruh kota seoul.
    Pemandangan malam sangat indah dengan lampu kerlap kerlip.
"Ini tempatku mencari inspirasi untuk gambarku." Rachel mengangguk mengerti. Nichkhun seorang artist. Musik dan lukis adalah keahliannya.
  "Oh ya, apa arti dari ratri sawad?" Rachel mendadak teringat salah satu pesan Nichkhun untuknya.
  Nichkhun tertawa. "Itu bahasa Thailand artinya selamat malam."
  "Kau bisa berbahasa Thailand?"
  Nichkhun mengangguk. "Aku lahir disana"
  Nichkhun mengeluarkan tabung hitam dari tasnya dan membuka tutupnya. Didalamya ada kertas dan diberikannya pada Rachel.
   "Bukalah" jawab Nichkhun sambil mengangguk.
   Rachel membukanya dan terdiam. Nichkhun memberikannya lukisan dirinya dari sisi samping saat di dalam bus.
    Airmatanya mengalir.
  "Apa lukisanku jelek sampai kau menangis?" Rachel segera menghapus airmatanya dan menatap Nichkhun.
  "Jelek sekali. Mataku tidak seperti ini dan juga mulutku tidak besar begini"
  Nichkhun tertawa. Tentu saja yang dikatakan Rachel tidak benar. Lukisannya sangat indah.
  "Apa arti tulisan ini?" Rachel menunjuk 1 kalimat dalam bahasa thailand di lukisannya.
"Rak mak mak"
  "Apa artinya?"
  Nichkhun hanya tersenyum. "Kau tidak akan memberitahuku?" Tanya Rachel.
  Nichkhun menggeleng.
  Rachel melepas kalungnya dan memberikannya pada Nichkhun. "Seseorang pernah memberikannya padaku dan mengatakan bahwa aku tidak akan kesepian. Karena aku tidak membawa apapun, sekarang aku memberikan padamu dengan maksud yang sama."
   Ia memakaikan kalungnya pada Nichkhun. "Jaga baik-baik"
  Nichkhun menunduk menatap kalungnya dan Rachel memajukan tubuhnya lalu meninggalkan ciuman di pipi Nichkhun.
  "Terima kasih Nichkhun oppa. Terima kasih sudah membuat hidupku lebih berwarna"
  Nichkhun menatap Rachel diam. "Rachel, aku ingin ..."
  "Pulang? Ayo. Sudah malam sekali. Nanti kakakku marah-marah" Rachel sengaja mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin mendengar hal yang bisa membuatnya menyesal.
  Nichkhun menahan tangannya, "apa? Oppa mau tinggal disini? Aku mau pulang sekarang."
  Nichkhun menatapnya bingung.

  *

   Sudah seminggu Rachel menginap di rumah sakit. Ia kini harus melakukan perawatan intensif. Dokter mengatakan lebih baik ia dirawat untuk memudahkan pengecekan.
  Setiap hari selama seminggu ini juga, ponsel Rachel selalu berbunyi. Nichkhun meneleponnya dan Yuri yang menjawab.
  Nichkhun terdengar frustasi.
  Yuri berpikir bahwa adiknya pantas untuk bahagia disaat terakhirnya. 

*

   Nichkhun terdiam setelah mendengar kabar dari Yuri. Ia kesal pada dirinya, bagaimana mungkin ia tidak sadar apa yang terjadi pada gadisnya.
  Ia membuka pintu ruangan Rachel dan melihat Rachel sedang berdiri menatap hujan.
  "Kau suka hujan?" 
  Rachel kaget dan berbalik. "Oppa? Bagaimana?"
  "Bagaimana aku tahu? Anggap saja ada malaikat yang baik yang sedang membantu." Nichkhun tersenyum.
  Nichkhun ikut berdiri di sebelah Rachel yang terus menatap dirinya. "Kau belum menjawab pertanyaanku."
   "Aku suka hujan. Hujan membuatku teduh. Suaranya, aromanya, dan tetesannya ketika menyentuh kulit."
  "Kau mau tahu arti tulisan di lukisan itu?" Rachel terkejut dan tertawa pahit. Ia tahu bahwa Nichkhun pasti sudah tahu tentang penyakitnya dan menganggap dia tidak punya banyak waktu lagi.
  "Tidak. Aku tidak ingin tahu lagi"
  Terhenyak oleh jawaban Rachel, Nichkhun tetap menjelaskan. "Rak mak mak berarti I love you a lot"
  Rachel menatap Nichkhun tidak percaya. Tapi ini lah yang ia takutkan, begitu ia tahu perasaan Nichkhun padanya, ia menjadi semakin egois.
  Ia ingin hidup lebih lama. Ia ingin sembuh.
  Rachel menangis keras. Sesak di dadanya membuatnya tidak bisa bernafas. Bagaimana mungkin ia tidak diberi pilihan hidup sama sekali.
  Nichkhun menenangkan Rachel, ia memegang kedua bahu Rachel sebelum ia terduduk lemas. "Izinkan aku menemanimu hingga akhir. Izinkan aku membuatmu percaya bahwa aku ada begitu juga cinta kita. Terakhir izinkan aku meyakinkanmu kalau kau tidak pernah sendiri dan kau tidak perlu takut."
  Nichkhun mengecup kening Rachel.
  "Berjanjilah kau akan terus menjalani hidupmu dan menikah dengan perempuan lain."
  "Aku berjanji."

*

#One year later#

    Nichkhun menatap cermin dengan balutan jas armani. Sekali lagi ia merapikan pakaiannya, ia ingin tampil sempurna untuk hari ini.
  Hari ini, hari ia menepati janjinya dengan Rachel, wanita yang dicintainya.
    Pernikahan.
   "Hyung, apa kau sudah siap? Semua tamu sudah berkumpul."
  "Ya."
  Ia menatap bingkai lukisan Rachel. Terima kasih, ucapnya dalam hati.
  Nichkhun menunggu di altar dan pengantin wanita berjalan masuk diiringi alunan lagu pernikahan. Seluruh saksi menatap mereka berdua.
  Pendeta mulai membacakan janji pernikahan saat pengantin wanita sudah tiba di altar. Janji tersebut diulangi oleh pengantin pria dan wanita.
   "Kau cantik isteriku" ucap Nichkhun saat membuka kain penutup.
  "Kau juga tampan suamiku."
  "Aku mencintaimu Rachel"
  "Aku juga"
  Nichkhun menatap Rachel sungguh-sungguh dan mencium bibir Rachel sebagai ciuman pernikahan.
  Air mata Rachel turun membasahi wajahnya, ia senang telah diberi kesempatan kedua, tapi ia juga sedih bahwa kesempatan itu mengorbankan kakaknya.
  Tepat satu minggu setelah Nichkhun menemuinya, Yuri mengalami kecelakaan setelah pulang menemui ayahnya.
  Kondisinya sangat parah dan meminta dokter Kim untuk segera melakukan operasi. Ia tahu sum-sum tulang belakangnya cocok dengan adiknya.
  Rachel mengetahui itu setelah ia sadar dari operasinya. Ia menangis tiada henti selama beberapa hari.
  "Kau memikirkan kakakmu?" Nichkhun menghapus air matanya.
  "Ya."
  "Jangan sedih lagi. Mulai sekarang ada aku yang selalu menemanimu."

🎶🎶 The End 🎶🎶


Wow i made it.
I dont know how the result, but i'm happy can made it. Too short? it's already 2900 words.
Yeaa nichkhun, who don't know him? Member of 2PM also Prince of Thai. Actually, I'm his fan. ^^
And Kim Ji Won as a Rachel, her role name on The Heirs series.
So, anybody knows this song?
I love very much this song. There is two title of this song, one of which in a cover. And the other is in title of this part.
This songfic was supposed to have sad ending. But i'm as a Princess of Cliffhangers, than i change it. Hahaha
Hope you all like it and enjoy it.
Rak mak mak.

R.V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar