Welcome to My Island

Welcome to My Bibliotheca

Senin, 11 Juli 2016

UNEXPECTED LIFE [PART 1]



2 tahun setelahnya…

“Ladies and gentlemen, welcome aboard GX Airlines on flight number #676 destination to LooneyVille. The Commander of this Flight is ...”
            “Tidak terasa sudah 2 tahun kita di negara orang, sekarang kita sudah mau pulang. Aku merindukan semuanya” 
            “iya” jawabku sambil membetulkan posisi dudukku dan mengencangkan seatbelt. Benar kata Angel tadi, sudah 2 tahun aku meninggalkan LooneyVille dan memilih bekerja di America bersama Angel. Sekarang sudah saatnya aku pulang. 


            Angel menoleh kearahku “Apa Feli sudah memberitahukan alamat rumahnya?”.
 Aku mengecek notifikasi masuk di ponselku kemudian aku memansang Flight mode
           “Tidak ada, mungkin nanti saat kita sudah landing” jawabku sambil memasang headset dan memilih mendengarkan lagu sepanjang penerbangan, sedangkan Angel memilih tidur.  
---
“whooaa.. sampai” teriak Angel sambil meregangkan tubuhnya sambil menengahkan kepalanya. Semua orang yang berlalu melihat kearah kami, ada beberapa yang tersenyum sembunyi-sembunyi, juga yang terpesona dan itu pasti para pria. Angel memang memiliki daya tarik tersendiri, walaupun dia nerd. Dia nerd versi cantik, rambutnya lurus sebahu berwarna hitam, kulitnya putih mulus, badannya tidak tinggi tapi menarik, dan dibalik kacamata nya dia memiliki mata yang indah.
Aku terkekeh mendengar Angel berteriak seperti itu. “ayo kita cari taksi, feli sudah mengirim alamatnya” .
Waktu menunjukan pukul 10 pagi, kami menarik koper masing-masing dan berjalan ke luar. 2 jam perjalanan yang kami tempuh akhirnya sampai di salah satu gedung apartement. Sebelum masuk ke lobby aku mengeluarkan ponsel dan menelepon feli.
            “Halo Fel, kami sudah di lobby sekarang, bisakah kau turun?”
            “Oh.. Okay Mi, sebenarnya aku lagi bersiap ikut meeting sekarang, nanti aku akan memberitahu Jansen untuk turun menemui kalian. Oke?” . Sambungan langsung terputus. Dia bekerja? Gumamku.
            “ Louis? Siapa Louis?” aku bertanya pada Angel.
            “huh? Aku tidak tahu. Memangnya kenapa? Sudah kau telpon si Feli?” Feli menjawabku sambil memberikan tatapan bingung.
            “Sudah. Dan dia mengatakan Louis akan menemui kita”
Belum sempat Angel membalas, seorang laki-laki mengenakan t-shirt berwarna hitam dan celana selutut berdiri di depan kami. Wow! Tampan. Itu pikiran pertamaku sebagai seorang wanita.
            “Ms. Newman dan Ms. Walcott?” tanya laki-laki tadi. Aku mengernyitkan dahi tanda bingung, kebiasaan pertamaku dalam merespon orang asing.
            “Kamu siapa?” aku balik bertanya. Itu kebiasaan lainnya dari diriku.
            “Oh. Aku Louis Carter, teman Felicia. Panggil aku Lou atau Louis” Louis menjawab sambil mengulurkan tangan dan menyeringai.
            “Mita, Shelomita Walcott” balasku dan Angel melakukan hal yang sama
“Angelina Newman, Angel saja”
“oke, ayo kuantar ke dalam. Biar ku bantu bawa barang-barang kalian.” Louis langsung bergerak mengambil koper kami. Sedangkan kami hanya membawa tas kecil ditangan. Apartemen yang kami tuju berada dilantai 5 dan disediakan 2 buah lift .
“ini apartemen nya, ada 4 kamar tidur disini dan 2 kamar mandi” ucap Louis sambil meletakkan koper-koper kami.
Aku pun langsung masuk dan melihat-lihat sekeliling. Hmm.. not bad, semua masih bagus. Full furnish, ada kitchen set juga, pikirku.
            “Bagaimana? Kalian suka? Ini adalah apartemen yang dibeli oleh orangtuaku sebelum mereka berfikir untuk membeli rumah di daerah lain dan memilih menetap disana. Kupikir sayang jika dijual, jadi kusewakan saja, dan kebetulan Feli bilang dia sedang mencari apartemen untuk teman-temannya ” jelasnya.
            Pemikiran yang bagus, tempat juga tidak buruk. Ada ruang TV dan tepat di sebelah TV  ada 2 pintu, kutebak itu kamar yang disebutkan tadi, lalu ada jendela besar menampilkan pemandangan kota.
            “Bagus. Aku suka. Kau gel?” jawabku sambil memberi senyuman untuk meyakinkannya.
            “Aku juga” jawab Angel sambil menganggukan kepala.
            Good. Kamar-kamar kalian sudah kubersihkan, jadi kalian bisa langsung memilih kamar yang kalian mau sekarang. Fels sudah memilih satu dibelakang dan yang disebelah sana milikku”. Louis menunjuk satu pintu disebelah kanan TV.
            Kemudian dia melangkah ke pintu keluar dan mengatakan “Aku akan pergi keluar sebentar selama kalian memberesi barang-barang kalian. Setelah itu, kita akan keluar makan malam bersama seperti rencana Feli. Aku yakin kalian sudah tahu itu. Bye”.
Setelah bunyi pintu tertutup, aku langsung duduk di sofa depan TV.
            “Kau dengar yang dia katakan tadi gel?” aku memastikan bahwa aku tidak salah mendengar karena jetlag yang ku alami.
            “Hmm.. Kurasa ya. Dia mengatakan tidur disana yang artinya dia tinggal bersama kita bukan?” Angel bergerak kearah pintu yang ditunjuk Louis tadi dan mencoba membuka pintunya.
            “Terkunci”
            “Wow! Satu laki-laki dan tiga perempuan” aku menghela nafas sambil membaringkan kepalaku ke belakang. Lelah. Itu yang sedang kurasakan, jadi aku tidak bisa berfikir lagi.
            “Kita tanyakan pada Feli nanti, lebih baik sekarang kita membereskan barang-barang kita dan istirahat sebentar. Aku ambil kamar yang itu saja”. Angel menunjuk ruangan di seberang kamar Louis tadi.
            “Okay. Aku yang ini saja” aku menunjuk pintu berwarna cokelat di sebelah kiri TV.

Ting tong.. ting tong...
Aku mendengar bunyi bel dan segera keluar dari kamar. Ku pastikan sekali lagi apakah itu bunyi pintu atau bukan.
Ting tong.. ting tong..
Aku melirik jam di dinding menunjukan pukul lima sore, lalu membuka pintu dan muncul seorang perempuan muda dengan rambut pendek cokelatnya, berpakaian formal, mengenakan sepatu hak tiga cm, kulit putih, dan bermata sipit.
            “Haiii mimiii”  teriak perempuan itu sambil memelukku.
            “Hai Fels” kubalas pelukannya.
Feli melangkah masuk dan langsung duduk di sofa. “Kemana Angel?” tanyanya.
Aku menutup pintu dan menguncinya kembali. “Dikamar, mungkin tidur” . aku berjalan ke arah sofa dan duduk disampingnya.
“Bukankah hari ini kamu  mengambil cuti?” tanyaku sambil menoleh kearahnya.
Dia memutar bola matanya dan mendengus kesal, “Ya harusnya seperti itu, tapi bos sialan itu menyuruhku masuk dengan alasan ‘hanya aku yang bisa mengerjakannya’. Menyebalkan sekali, padahal aku sudah mengajari orang lain untuk menggantikanku. Maaf aku tidak bisa menjemput kalian tadi”. Dia menatapku dengan pandangan memelas.
it’s okay. So, siapa Louis?” tanpa basa basi, aku langsung mengajukan pertanyaan yang sedari tadi sudah mengganggu pikiranku dan kulihat Angel keluar dari kamarnya.
“Felicia Blake!” teriaknya sambil memasang senyum merekah.
“Angela!” Balas Feli dan mereka berpelukan sesaat.
“Kejamnya kau tidak menjemput kami” Angel mengatakannya sambil pura-pura memasang wajah cemberut.
“My dear, maafkan aku, malam ini aku traktir kalian makan. Okay?”
“Fels sebaiknya kau lanjutkan penjelasanmu” selaku.
“Oh.. kalian sudah bertemu tadi kan? Dia kenalanku, orangnya baik dan juga tampan. Dia pemilik tempat ini mi, dia bermaksud baik untuk menyewakan kepada kita dengan harga murah kau tahu?”
Aku menatapnya sambil mengangkat alisku sebelah. “Dimana kau mengenalnya?”. Aku perlu sedikit berhati-hati mengenai ‘teman’ fels, karena dia itu sangat polos dan tidak peka. Pernah dia terjebak dalam permainan laki-laki yang tergila-gila padanya, bukan hal parah sebenarnya atau lebih tepatnya belum parah.
“Teman kantorku punya teman. Kami bertemu saat jalan ke mall dan temanku itu mengajak dia. Aku tahu apa yang kau pikirkan mi, tapi yang ini benar-benar baik tahu. Kau bisa menilainya sendiri bukan?”
“Kau tidak mengatakan pada kami kalau dia akan tinggal bersama kita?” tanyaku kembali sambil menatap serius kearahnya.
“kau tidak mungkin marah karena hal itu kan mi?” Dia menatapku tidak percaya.
“bisa saja” aku sengaja menjawab dengan muka datar. Kemudian aku menoleh ke Angel untuk minta dukungan.
“Hmm.. Fels. Kupikir Mita ada benarnya. Selama ini kita tidak pernah tinggal satu atap dengan pria. Jadi kupikir ini sedikit tidak wajar.”
“Oh tidak. Kau tidak perlu marah mi. Kau juga gel. Baiklah aku minta maaf okay? Aku lupa. Lagian aku pikir dia pria baik-baik, tidak akan ada masalah. Dia sudah punya pacar mi. Jadi kita akan baik-baik saja”
Aku mengernyitkan dahi sambil berfikir, apa hubungan dia sudah punya pacar dengan kita akan baik-baik saja?. Memang sekilas Louis tidak tampak seperti bad boy.
“Wanita?” Tanyaku pada Feli.
“Huh?”
“Pacarnya Fels!”
Feli dan Angel saling melirik kemudian mereka tertawa bersama. Tawa yang cukup heboh kurasa. Mereka tertawa sambil memegang perut masing-masing.
“Mengapa kau bisa berfikir seperti itu mit?” Feli bertanya sambil melanjutkan tawanya.
Oke. Sekarang aku merasa kesal. Wajar bukan aku berfikir seperti itu.
“Guys, aku berfikir logis, mana ada pria yang mau tinggal satu atap dengan para wanita kalau dia tidak memiliki kelainan seksual!” Aku berteriak agar mereka bisa mendengar apa yang kukatakan.
Sepertinya mendengar kata-kataku, tertawa mereka semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu tertutup.
“Siapa? Aku?”



Note : Please visit my wattpad if you want to read more or click here.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar