Buat Seluruh Pembaca,
ini cuma cerita fiksi
atau khayalan author semata, jangan di sangkut pautkan dengan teori
asli dari agama masing-masing ya. Karena balik ke tujuan pembuatan
cerita ini yaitu cuma menghibur.
And Last, abaikan Typo. hihi
Thanks.
Happy Reading.
~~~~~~~~~
~~~~~~~~~
Reinkarnasi adalah
konsep filosofis keagamaan bahwa setelah manusia meninggal dunia maka
jiwanya akan hidup kembali dalam sebuah raga yang baru.
Dalam suatu agama,
dipercaya semua mahluk hidup yang ada di semesta ini akan selalu
mengalami proses reinkarnasi selama makluk tersebut belum mencapai
tingkat kesucian.
Proses reinkarnasi ini
dipengaruhi oleh karma. Apabila selama proses hidup mahluk tersebut
banyak berbuat karma baik, maka ia akan terlahir kembali sebagai
manusia, dan apabila tidak maka ia akan terlahir ke alam hewan.
Manusia yang terlahir
kembali pun memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda, salah satunya
adalah Deylana Bianca Ciwijaya, biasa dipanggil Lana.
Lana memiliki indra
keenam, dimana dia bisa melihat kehidupan yang akan datang pada orang
yang disentuhnya, serta kematian akan dihadapinya. Akan tetapi
kemampuannya muncul ketika Lana berusia 6 tahun.
Ketika ia sedang bersekolah tingkat dasar, saat itu pertama kalinya ia bisa melihat.
"Lana, ayo kita main" ujar salah satu anak perempuan.
"Ayo".
Anak perempuan itu menarik tangan Lana, seketika muncul gambar-gambar di pikirannya layaknya sedang menonton televisi.
Pertama muncul gambar anak perempuan itu tumbuh dewasa dengan cantik dan memiliki rambut panjang.
Akan tetapi ternyata kelakuannya jahat, suka membully teman-temannya dan sombong.
Kematiannya pun karena dibunuh oleh seseorang laki-laki. Dan ia terlahir kembali menjadi seekor bebek.
Lana tidak mengetahui apa arti yang dilihatnya, maka diceritakanlah pada anak tersebut.
Anak perempuan itu menjadi ketakutan dan menangis.
Sejak saat itu, Lana tidak memiliki teman karena dianggap anak aneh.
Lana pun menangis ketika pulang sekolah dan menceritakan kepada ibunya.
Ibunya pun tidak
mengerti apa yang terjadi pada anaknya. Ia hanya menceritakan apa yang
ia tahu kepada anaknya, bahwa yang ia lihat adalah salah satu bentuk
reinkarnasi.
Sejak saat itu, Lana takut untuk bersentuhan dengan orang lain, termasuk keluarganya sendiri.
Orangtuanya hanya bisa menatap sedih anak semata wayangnya.
*
10 tahun kemudian
Lana sudah tumbuh
menjadi gadis yang cantik dengan rambut hitamnya panjang ikal. Hari ini
ia memutuskan untuk memasuki sekolah umum. 8 tahun orangtua nya memilih home schooling
untuk anaknya, kini ia memberanikan untuk bersekolah layaknya anak
seumurannya. Keputusan ini tentu tidak lepas dari perdebatan panjang
antara Lana dan orangtuanya.
"Kamu yakin
ana? Mama takut kamu disakiti disana" Siska, ibu Lana menasehatinya
ketika mereka sedang makan malam bersama.
"Iya ma, Ana mau ngerasain gimana rasanya berbaur sama teman-teman. Ana janji ga akan ada yang tahu."
"Pa..." Siska meminta dukungan dari suaminya, Derrick.
"Papa
sependapat dengan mamamu, An" ucap Derrick dan disambut dengan wajah
cemberut dari Lana. Kemudian Derrick melanjutkan pembicaraannya "Tapi
papa juga ingin kamu menjadi berani. Papa yakin Anna kecil papa sudah
tumbuh dewasa sekarang. Papa bangga dengan keputusanmu, tapi kamu harus
ingat Anna apa resiko dari keputusanmu itu" Tegas Derrick.
Wajah Lana
berubah seketika menjadi ceria. "Iya pa, Ana ngerti. Makasih ya pa".
Lana turun dari kursinya dan mencium pipi Derrick dan Siska. "Aku sudah
selesai makan, Pa, Ma, aku ke kamar dulu"
Kemudian siska menatap suaminya. "Pa, apa kamu yakin? Dia putri kita satu-satunya"
Derrick
membalas menatap istrinya sambil tersenyum "Papa mau putri kecil kita
tumbuh menjadi gadis yang pemberani ma, walau itu keputusan yang sulit,
kita akan membantu dia. Papa yakin ini akan berakhir dengan baik"
*
Perjalanan Lana sebagai
siswa biasa ternyata memang benar-benar tidak mudah. Ia berpikir bahwa
ia bisa menyembunyikan kemampuannya dan bergaul layaknya teman biasa.
Tapi hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan, ternyata di sekolah
itu ada teman Lana sewaktu di sekolah dasar yang mengingat dirinya.
Berawal dari sanalah,
Lana kembali mendapat cemoohan dari banyak orang. Orang-orang menjadi
takut dengan dirinya, termasuk para guru, kecuali guru agamanya. Guru
agamanya percaya pada apa yang 'dilihat' oleh Lana, tapi tetap saja Lana
enggan menyentuh siapapun.
Bahkan ia mendapat
julukan 'Mama Lana' yang disamakan dengan peramal di tv Mama Lauren. Tak
jarang ia mendapat banyak 'hadiah', mulai dari siraman air pel, boneka
yang menyeramkan, sampai disekap oleh segerombolan laki-laki yang hobi
judi bola. Ia disekap untuk ditanyakan siapa yang akan menang pada
pertandingan bola.
Tapi Lana berusaha untuk tidak menangis di depan banyak orang. Ia tidak ingin terlihat lemah.
Hari ini disekolahnya
ada pengumuman pembagian kelas baru. Lana dinyatakan naik ke kelas dua
belas. Lana menghembuskan napas dengan pelan.
"Satu tahun lagi. Semuanya selesai" gumamnya pelan.
Terkadang Lana merasa
iri pada teman-temannya. Teman-temannya bisa menyentuh semua orang
sesuka hati mereka, tertawa bersama, bercanda bersama, bisa merasakan
cinta. Berpacaran, dan berciuman. Sedangkan dia?
Ia ingin merasakan cinta. Selama ini ia sibuk menghindari orang-orang yang usil padanya.
Lana sedang duduk di kantin sendirian. Kemudian ia mendengar pembicaraan sekelompok orang dibelakangnya.
"Sstt... Den, dibelakang lo tuh si mama" ujar cowok pertama pada cowok didepannya, Denny.
"gue pindah aja deh. Sebelah lo kosong kan Co?" Denny yang didepannya tadi langsung pindah ke tempat lain.
"untung gue ga sekelas sama dia. Cukup satu kali aja deh" ucap Rico.
"gue sekelas sama dia" cowok yang duduk disebelah Denny.
"Bencana tuh buat lo Io" Rico bergidik.
Mendengar pembicaraan
cowok-cowok tadi membuat Lana menghembuskan napasnya. Ia ingin pergi
dari sana secepatnya. Ketika ia berdiri dan berbalik, ia bisa melihat
siapa yang daritadi membicarakannya, tiga orang cowok. Lana tidak mau
memikirkannya, maka ia berjalan pergi dari tempat itu. Baru jalan
beberapa langkah tiba-tiba Lana dicegat oleh kawanan lainnya.
"Hai Mama Lana, malam ini ada pertandingan Barca Vs Real Madrid. Siapa yang menang?" ujar salah satu kawanan itu.
Lagi. Ucap lana dalam hati.
"Barca".
Lana menjawab sambil mendengus kesal. Cowok yang bertanya itu bernama
iwan. Ia salah satu berandalan di sekolah itu. Lana tidak tahu mana yang
akan menang, ia hanya menjawab asal. Beberapa kali tebakannya tepat,
beberapa kali meleset. Akibatnya keesokan harinya ia akan menerima
hukuman dari Iwan.
"Awas kalo lo bohong." Iwan menyeringai kejam. Lalu berlalu.
"Dasar orang
gila! Gue udah pernah bilang juga itu bukan spesialis gue, masih aja mo
nanya sama gue. Giliran kalah mau marah" Lana mengeluarkan omelannya
yang tanpa ia sadari, cowok bernama Rio tadi mendengarnya.
*
Keesokan harinya Lana mendapat kabar kalau Barca kalah oleh Real Madrid.
Mampus. Pasti dikerjain lagi nih, Lana mengumpat dalam hati.
Jam istirahat berbunyi, Lana segera keluar dari kelas sebelum semua orang keluar dan mencari tempat persembunyian.
Saat Lana sedang berlari, ia menabrak seseorang dan terjatuh. Lana melihat siapa yang ia tabrak, ternyata cowok yang membiacarakannya di kantin kemarin.
*
Rio, Fabrio Moreno Kusuma berjalan di koridor sekolah setelah selesai jam pelajaran olahraga menuju kelasnya.
Tiba-tiba ada seorang
cewek menabraknya dan terjatuh. Rio baru saja ingin memarahi orang itu,
ketika ia melihat siapa yang menabraknya ia terkejut sekaligus takut.
Apa yang ia lihat?
Rio sudah mendengar
banyak cerita dari teman-temannya tentang Lana. Gadis yang bisa Dengan
mimik muka ketakutan ia melihat Lana berdiri sendiri.
"Maaf gue ga sengaja" ucap Lana.
"A...apa yang lo lihat?" rio mengucapkannya dengan gugup.
*
Lana bingung menjawab
pertanyaan orang dihadapannya. Ia juga tidak mengerti, kenapa ia tidak
melihat apapun. Tidak ada kilasan-kilasan seperti saat ia bersentuhan
dengan orang lain.
Lana memutuskan untuk mencoba sekali lagi. Lana mengulurkan tangannya untuk menyentuh Rio.
Melihat tingkah Lana, Rio semakin ketakutan. Ia memilih mundur.
"Mau apa lo???" Tanya rio.
Lana tidak menjawab pertanyaan Rio, ia terus maju untuk mencapai Rio.
"Pergi ga lo! Ga usah macem-macem ya" Rio mengacungkan Jari telunjuknya pada Lana.
Melihat jari telunjuknya, Lana berniat menangkap jari itu, tapi dengan cepat rio menariknya kembali.
"Please, sebentar aja ya... Gue mau mastiin sesuatu" pandangan Lana memelas pada Rio.
Rio menelan saliva nya dengan susah.
"Gak! Pergi sana!" bentak Rio.
Rio terus berjalan
mundur, sedangkan Lana berjalan maju. Ternyata mereka sudah sampai di
pojokan. Rio tidak bisa berjalan mundur lagi. Melihat hal itu, Lana
tambah bersemangat maju.
"Siapa nama lo?" Lana bertanya.
"Ri.. Rio"
"Rio, gue
cuma mau mastiin sesuatu. Cuma sebentar dan ga akan kerasa sakit kok."
Lana tersenyum pada Rio. Lana menggapai wajah Rio dan menyentuhnya
dengan pelan. Kemudian Lana mengerutkan dahinya.
"udah kan? Lepas!" Rio menepis tangan Lana yang berada diwajahnya.
"Kenapa? Gue
ga liat apapun di diri lo. Kenapa bisa?" Lana bertanya pada Rio atau
lebih tepatnya Lana bertanya pada dirinya sendiri.
Rio terbelalak mendengar perkataan Lana. Apa maksud nih cewek? Gue ga punya masa depan? Sialan nih cewek.
Lana masih berdiri di tempat sambil berfikir, kemudian Iwan dan rombongannya berteriak
"Lana!"
Lana tersentak. "Astaga! Gue lupa. Gue lari dulu ya"
Rio hanya menganggukan kepalanya.
Iwan
melihat Lana berlari, ia pun mengejar Lana. Begitu sampai di tempat Rio
berdiri ia memaki Rio.
"Kenapa lo biarin dia lari bego?!"
Rio menjawab dengan santai "Gue ga ada urusan sama dia. Kalo lo mau nangkep dia, ya tangkep aja sendiri"
Iwan kesal kemudian menyuruh anak buahnya mengejar Lana.
*
Lana
berlari mencari persembunyian. Ia menemukan gudang tidak terkunci, ia
pun masuk dan bersembunyi di antara gagang-gagang sapu dan alat lainnya.
Ia berdoa semoga tidak ditemukan.
*
15
menit ia bersembunyi disana, ia sudah kehabisan oksigen. Akhirnya Lana
memutuskan untuk keluar karena jam pelajaran selanjutnya akan dimulai.
Lana berjalan menuju kelasnya dengan sedikit berlari dan menunduk. Ia takut Iwan masih mengawasinya dan melihatnya.
Dengan tergesa-gesa ia berjalan, lalu tak sengaja tangannya bersentuhan dengan seseorang.
Kilasan-kilasan tentang orang itu pun muncul. Lana terkejut dengan apa yang dia lihat. Ia terdiam ditempat. Sedangkan orang itu tidak melihat siapa yang bersentuhan dengannya berjalan berlalu begitu saja. Lana menoleh ingin memberitahukan apa yang ia lihat pada orang itu, tapi Lana takut.
Bila ia memberitahukan 'hal' itu, apakah orang itu akan percaya? Atau malah menjadi bahan cemoohan?
*
Malam ini ia tidak bisa tidur memikirkan 'penglihatan' yang didapatnya tadi. Haruskah ia memberitahukannya? Lana gelisah, ia bolak balik diatas kasurnya. Jam 2 pagi akhirnya ia baru jatuh tertidur karena lelah.
*
Keesokan paginya Lana pergi mencari orang itu. Ia menemukan orang itu sedang dikantin duduk bersama 2 temannya.
Lana memutuskan untuk memberitahu orang itu, ia menghampiri meja tersebut.
Ketiga laki-laki itu menengok siapa yang berdiri didekat mejanya dan serempak mereka semua menunjukkan raut muka terkejut.
"Mau apa lagi sih lo?". Tanya rio.
"Gue ga ada urusan sama lo kok, gue ada urusan sama dia", Lana menunjuk salah satu temannya yang duduk disamping Rio.
"Rico? Ada apa emangnya?", Rio bertanya pada Lana.
Rio hanya mengangkat kedua bahunya. Sedangkan temannya satu lagi si Denny sudah bergeser tempat duduk karena takut dengan Lana.
"Kemarin
saat gue jalan ke kelas, gue ga sengaja nyenggol tangan lo. Dan gue
cuma mau kasih tau lo buat hati-hati. Gue ga tahu kapan kejadiannya,
tapi gue yakin itu dalam waktu dekat ini." Lana berhenti sebentar,
kemudian melanjutkan lagi dengan berbisik "gue lihat lo bakal dibunuh
sama seseorang, gue ga lihat siapa, tapi yang gue lihat lo masih pake
seragam".
Ketiga
orang tersebut terkejut. Rico tak terima dengan perkataan Lana dan juga
sedikit takut, ia langsung berdiri dari tempatnya dan mengucapkan
dengan lantang "Berhenti buat ngomong yang engga-engga tentang gue! Gue
ga peduli lo bisa lihat ato engga! Tapi gue tahu lo itu cuma penipu! Lo
nipu semua orang, lo takut-takutin semua orang! Ya kan?".
Lana hanya diam saja. Ia sudah tahu reaksinya akan begini. Ia hanya berbuat semampunya.
Kemudian Rico naik ke atas meja
"Listen everyone! Hari ini Mama Lana baru aja buat pernyataan untuk gue. Dia bilang dalam waktu dekat ini gue bakal mati. Hahaha".
"Listen everyone! Hari ini Mama Lana baru aja buat pernyataan untuk gue. Dia bilang dalam waktu dekat ini gue bakal mati. Hahaha".
Semua orang dikantin tertawa dengan perkataan Rico. Mereka semua langsung melemparkan minuman dan makanan ke kepala Lana.
Lana berlari pergi sambil menyembunyikan tangisnya.
Rico dengan murka pergi dari kantin. Sementara Denny dan Rio terdiam ditempat.
Denny membuka suara "Gue ga yakin kalo yang Lana bilang itu bohong".
Mendengar itu, Rio mengerutkan dahinya "Atas dasar apa?".
"Lo
inget waktu gue bilang gue satu SD ama dia. Dan gue pernah liat sendiri
apa yang dia ucapin itu jadi kenyataan. Bukan tentang reinkarnasinya
tapi kejadian bagaimana dia... Mati".
Rio terkejut. "Kau yakin?".
Denny
menganggukan kepalanya. "Makanya gue dari tadi diem aja io. Gue takut
sama Lana. Gue takut bukan karena kemampuan dia, tapi gue ga bisa nerima
kenyataan kalau dia liat sesuatu tentang gue".
Rio bingung, ia teringat kejadian kemarin. "Tapi kemarin dia pegang gue".
Sekarang giliran dia yang terkejut "Apa?? Terus??"
"Dia bilang dia ga liat apapun di diri gue".
"Gimana bisa?"
"Mana gue tahu".
Mereka berdua terdiam.
----------
Bersambung.
Part selanjutnya bisa di baca di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar