2
tahun setelahnya…
“Ladies and gentlemen, welcome aboard GX
Airlines on flight number #676 destination to LooneyVille. The Commander of this Flight is ...”
“Tidak terasa sudah 2
tahun kita di negara orang, sekarang kita sudah mau pulang. Aku merindukan
semuanya”
“iya” jawabku sambil
membetulkan posisi dudukku dan mengencangkan seatbelt. Benar kata Angel tadi, sudah 2 tahun aku meninggalkan LooneyVille
dan memilih bekerja di America bersama Angel. Sekarang sudah saatnya aku
pulang.
Angel menoleh kearahku
“Apa Feli sudah memberitahukan alamat rumahnya?”.
Aku mengecek notifikasi masuk di
ponselku kemudian aku memansang Flight
mode.
“Tidak ada, mungkin nanti saat kita sudah landing” jawabku sambil memasang headset dan memilih mendengarkan lagu sepanjang penerbangan,
sedangkan Angel memilih tidur.
---
“whooaa.. sampai” teriak Angel sambil meregangkan
tubuhnya sambil menengahkan kepalanya. Semua orang yang berlalu melihat kearah
kami, ada beberapa yang tersenyum sembunyi-sembunyi, juga yang terpesona dan
itu pasti para pria. Angel memang memiliki daya tarik tersendiri, walaupun dia nerd. Dia nerd versi cantik, rambutnya lurus sebahu berwarna hitam, kulitnya
putih mulus, badannya tidak tinggi tapi menarik, dan dibalik kacamata nya dia
memiliki mata yang indah.
Aku terkekeh mendengar Angel berteriak seperti
itu. “ayo kita cari taksi, feli sudah mengirim alamatnya” .
Waktu menunjukan pukul 10 pagi, kami menarik koper
masing-masing dan berjalan ke luar. 2 jam perjalanan yang kami tempuh akhirnya
sampai di salah satu gedung apartement. Sebelum masuk ke lobby aku mengeluarkan ponsel dan menelepon feli.
“Halo Fel, kami sudah di lobby sekarang, bisakah kau turun?”
“Oh.. Okay Mi, sebenarnya aku lagi bersiap ikut meeting sekarang, nanti aku akan memberitahu Jansen
untuk turun menemui kalian. Oke?” . Sambungan langsung terputus. Dia bekerja? Gumamku.
“ Louis? Siapa Louis?” aku
bertanya pada Angel.
“huh? Aku tidak tahu.
Memangnya kenapa? Sudah kau telpon si Feli?” Feli menjawabku sambil memberikan
tatapan bingung.
“Sudah. Dan dia mengatakan
Louis akan menemui kita”
Belum sempat Angel membalas, seorang laki-laki mengenakan t-shirt berwarna hitam dan celana
selutut berdiri di depan kami. Wow!
Tampan. Itu pikiran pertamaku sebagai seorang wanita.
“Ms. Newman dan Ms.
Walcott?” tanya laki-laki tadi. Aku mengernyitkan dahi tanda bingung, kebiasaan
pertamaku dalam merespon orang asing.
“Kamu siapa?” aku balik
bertanya. Itu kebiasaan lainnya dari diriku.
“Oh. Aku Louis Carter,
teman Felicia. Panggil aku Lou atau Louis” Louis menjawab sambil mengulurkan
tangan dan menyeringai.
“Mita, Shelomita Walcott”
balasku dan Angel melakukan hal yang sama
“Angelina Newman, Angel saja”
“oke, ayo kuantar ke dalam. Biar ku bantu bawa
barang-barang kalian.” Louis langsung bergerak mengambil koper kami. Sedangkan
kami hanya membawa tas kecil ditangan. Apartemen yang kami tuju berada dilantai
5 dan disediakan 2 buah lift .
“ini apartemen nya, ada 4 kamar tidur disini dan 2
kamar mandi” ucap Louis sambil meletakkan koper-koper kami.
Aku pun langsung masuk dan melihat-lihat sekeliling.
Hmm.. not bad, semua masih bagus. Full furnish, ada kitchen set juga, pikirku.
“Bagaimana? Kalian suka?
Ini adalah apartemen yang dibeli oleh orangtuaku sebelum mereka berfikir untuk
membeli rumah di daerah lain dan memilih menetap disana. Kupikir sayang jika
dijual, jadi kusewakan saja, dan kebetulan Feli bilang dia sedang mencari
apartemen untuk teman-temannya ” jelasnya.
Pemikiran yang bagus,
tempat juga tidak buruk. Ada ruang TV dan tepat di sebelah TV ada 2 pintu, kutebak itu kamar yang disebutkan
tadi, lalu ada jendela besar menampilkan pemandangan kota.
“Bagus. Aku suka. Kau
gel?” jawabku sambil memberi senyuman untuk meyakinkannya.
“Aku juga” jawab Angel
sambil menganggukan kepala.
“Good. Kamar-kamar kalian sudah kubersihkan, jadi kalian bisa
langsung memilih kamar yang kalian mau sekarang. Fels sudah memilih satu
dibelakang dan yang disebelah sana milikku”. Louis menunjuk satu pintu
disebelah kanan TV.
Kemudian dia melangkah ke
pintu keluar dan mengatakan “Aku akan pergi keluar sebentar selama kalian
memberesi barang-barang kalian. Setelah itu, kita akan keluar makan malam
bersama seperti rencana Feli. Aku yakin kalian sudah tahu itu. Bye”.
Setelah bunyi pintu tertutup, aku langsung duduk di sofa depan TV.
“Kau dengar yang dia katakan
tadi gel?” aku memastikan bahwa aku tidak salah mendengar karena jetlag yang ku alami.
“Hmm.. Kurasa ya. Dia
mengatakan tidur disana yang artinya dia tinggal bersama kita bukan?” Angel
bergerak kearah pintu yang ditunjuk Louis tadi dan mencoba membuka pintunya.
“Terkunci”
“Wow! Satu laki-laki dan tiga
perempuan” aku menghela nafas sambil membaringkan kepalaku ke belakang. Lelah.
Itu yang sedang kurasakan, jadi aku tidak bisa berfikir lagi.
“Kita tanyakan pada Feli
nanti, lebih baik sekarang kita membereskan barang-barang kita dan istirahat
sebentar. Aku ambil kamar yang itu saja”. Angel menunjuk ruangan di seberang
kamar Louis tadi.
“Okay.
Aku yang ini saja” aku menunjuk pintu berwarna cokelat di sebelah kiri TV.
Ting
tong.. ting tong...
Aku mendengar bunyi bel dan segera keluar dari kamar. Ku pastikan sekali
lagi apakah itu bunyi pintu atau bukan.
Ting
tong.. ting tong..
Aku melirik jam di dinding menunjukan pukul lima sore, lalu membuka pintu
dan muncul seorang perempuan muda dengan rambut pendek cokelatnya, berpakaian
formal, mengenakan sepatu hak tiga cm, kulit putih, dan bermata sipit.
“Haiii mimiii” teriak perempuan itu sambil memelukku.
“Hai Fels” kubalas
pelukannya.
Feli melangkah masuk dan langsung duduk di sofa.
“Kemana Angel?” tanyanya.
Aku menutup pintu dan menguncinya kembali.
“Dikamar, mungkin tidur” . aku berjalan ke arah sofa dan duduk disampingnya.
“Bukankah hari ini kamu mengambil cuti?” tanyaku sambil menoleh
kearahnya.
Dia memutar bola matanya dan mendengus kesal, “Ya
harusnya seperti itu, tapi bos sialan
itu menyuruhku masuk dengan alasan ‘hanya aku yang bisa mengerjakannya’.
Menyebalkan sekali, padahal aku sudah mengajari orang lain untuk
menggantikanku. Maaf aku tidak bisa menjemput kalian tadi”. Dia menatapku
dengan pandangan memelas.
“it’s okay.
So, siapa Louis?” tanpa basa basi,
aku langsung mengajukan pertanyaan yang sedari tadi sudah mengganggu pikiranku
dan kulihat Angel keluar dari kamarnya.
“Felicia Blake!” teriaknya sambil memasang senyum
merekah.
“Angela!” Balas Feli dan mereka berpelukan sesaat.
“Kejamnya kau tidak menjemput kami” Angel
mengatakannya sambil pura-pura memasang wajah cemberut.
“My dear, maafkan aku, malam ini aku traktir
kalian makan. Okay?”
“Fels sebaiknya kau lanjutkan penjelasanmu”
selaku.
“Oh.. kalian sudah bertemu tadi kan? Dia
kenalanku, orangnya baik dan juga tampan. Dia pemilik tempat ini mi, dia
bermaksud baik untuk menyewakan kepada kita dengan harga murah kau tahu?”
Aku menatapnya sambil mengangkat alisku sebelah.
“Dimana kau mengenalnya?”. Aku perlu sedikit berhati-hati mengenai ‘teman’
fels, karena dia itu sangat polos dan tidak peka. Pernah dia terjebak dalam
permainan laki-laki yang tergila-gila padanya, bukan hal parah sebenarnya atau
lebih tepatnya belum parah.
“Teman kantorku punya teman. Kami bertemu saat
jalan ke mall dan temanku itu
mengajak dia. Aku tahu apa yang kau pikirkan mi, tapi yang ini benar-benar baik
tahu. Kau bisa menilainya sendiri bukan?”
“Kau tidak mengatakan pada kami kalau dia akan
tinggal bersama kita?” tanyaku kembali sambil menatap serius kearahnya.
“kau tidak mungkin marah karena hal itu kan mi?”
Dia menatapku tidak percaya.
“bisa saja” aku sengaja menjawab dengan muka
datar. Kemudian aku menoleh ke Angel untuk minta dukungan.
“Hmm.. Fels. Kupikir Mita ada benarnya. Selama ini
kita tidak pernah tinggal satu atap dengan pria. Jadi kupikir ini sedikit tidak
wajar.”
“Oh tidak. Kau tidak perlu marah mi. Kau juga gel.
Baiklah aku minta maaf okay? Aku
lupa. Lagian aku pikir dia pria baik-baik, tidak akan ada masalah. Dia sudah
punya pacar mi. Jadi kita akan baik-baik saja”
Aku mengernyitkan dahi sambil berfikir, apa hubungan dia sudah punya pacar dengan
kita akan baik-baik saja?. Memang sekilas Louis tidak tampak seperti bad boy.
“Wanita?” Tanyaku pada Feli.
“Huh?”
“Pacarnya Fels!”
Feli dan Angel saling melirik kemudian mereka
tertawa bersama. Tawa yang cukup heboh kurasa. Mereka tertawa sambil memegang
perut masing-masing.
“Mengapa kau bisa berfikir seperti itu mit?” Feli
bertanya sambil melanjutkan tawanya.
Oke. Sekarang aku merasa kesal. Wajar bukan aku
berfikir seperti itu.
“Guys, aku berfikir logis, mana ada pria yang mau
tinggal satu atap dengan para wanita kalau dia tidak memiliki kelainan
seksual!” Aku berteriak agar mereka bisa mendengar apa yang kukatakan.
Sepertinya mendengar kata-kataku, tertawa mereka
semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu tertutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar